.

Tuesday, September 13, 2016

Tokoh-tokoh Nasional yang Berpengaruh dalam Dunia Pendidikan Indonesia


Ki-Hajar-Dewantara

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Beliau lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Profesi

Ki Hajar Dewantara cenderung tertarik dengan dunia jurnalistik atau tulis-menulis, dibuktikan dengan bekerjanya beliau manjadi seorang wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain: Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hajar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial. Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker:

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.


Organisasi Sosial

Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hajar Dewantara untuk bergabung didalamny. Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hajar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.


Peran Ki Hajar Dewantoro di Dunia Pendidikan

Pada tahun 1919, ia bergabung sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.

Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu.

Ki Hajar Dewantara membuat semboyan yang terkenal dan sampai sekarang dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu :
Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh).
Ing madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat).
Tut Wuri Handayani, (di belakang memberi dorongan).


R.A. Kartini

RA-Kartini

R.A Kartini, beliau dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita kala ia hidup. Beliau lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara, Hari kelahirannya itu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya, gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan adalah R.A (Raden Ayu) menurut tradisi Jawa.


Pemikiran Tentang Emansipasi Wanita

R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan eropa yang menjadi langganannya yang berbahasa belanda, di usiannya yang ke 20, ia bahkan banyak membaca buku-buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.

Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita pribumi olah Kartini, dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan masyarakat. Selain itu, tulisan-tulisan Kartini juga berisi tentang yaitu makna Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan, peri kemanusiaan dan juga Nasionalisme.

Kartini juga menyinggung tentang agama, misalnya ia mempertanyakan mengapa laki-laki dapat berpoligami, dan mengapa mengapa kitab suci itu harus dibaca dan dihafal tanpa perlu kewajiban untuk memahaminya.


"Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu" (R.A Kartini).


Peran R.A. Kartini dalam Dunia Pendidikan 

Setelah R.A Kartini meninggal, seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.

Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul 'Door Duisternis tot Licht' yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang terbit pada tahun 1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat surat-surat yang ditulis oleh Kartini.

Pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh Kartini kemudian banyak menarik perhatian masyarakat ketika itu terutama kaum Belanda sebab yang menulis surat-surat tersebut adalah wanita pribumi.


Buku-Buku R.A Kartini


  • Habis Gelap Terbitlah Terang
  • Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
  • Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer)
  • Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
  • Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.



R.A. Dewi Sartika

RA-Dewi-Sartika
Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884, dan meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun. Beliau adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.


Peran Dewi Sartika dalam Dunia Pendidikan

Agar anak-anak perempuan di sekitarnya bisa memperoleh kesempatan menuntut ilmu pengetahuan, maka ia berjuang mendirikan sekolah di Bandung Jawa Barat. Dengan bantuan R.A.A.Martanegara, kakeknya, dan Den Hamer yang menjabat Inspektur Kantor Pengajaran ketika itu, maka pada tahun 1904 dia berhasil mendirikan sebuah sekolah yang dinamainya “Sakola Isteri”.  enam tahun sejak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbarui menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. 

Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sekolah Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di Kota Kewedanaan. Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda

Kalimat bijak yang dilekatkan dengan DewiSartika "Jangan tanya apa yang telah diberikan negara kepadamu, tapi apa yang telah kamu berikan pada negaramu". 

Kata bijak tersebut sangat tepat menjadi panduan semua bangsa yang hendak menobatkan seseorang sebagai penerima gelar kehormatan ‘pahlawan’ di negaranya.



Prof. Dr. Slamet Iman Santoso

Prof.Dr.Slamet-Iman-Santoso
Prof. Dr. R. Slamet Iman Santoso (lahir di Wonosobo, 7 September 1907 – meninggal di Jakarta, 9 November2004 pada umur 97 tahun) adalah seorang pakar psikologi Indonesia. Ia memelopori berdirinya Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan menjabat sebagai dekan pertama fakultas tersebut.

Ia menempuh pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) dan Hollandsch Inlandsche School antara tahun 1912 dan 1920; Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelangpada tahun 1920 hingga 1923; MAS-B di Yogyakarta pada 1923 hingga 1926; Indische Arts STOVIA pada tahun 1926 hingga 1932; dan Geneeskunde School of Arts Batavia Sentrum pada 1932 hingga 1934.

Slamet Iman Santoso menduduki posisi Pembantu Rektor I ketika Sjarif Thajeb (1962–1964) dan Sumantri Brodjonegoro (1964–1973) menjabat sebagai Rektor UI. Menyusul kematian Sumantri Brodjonegoro pada tahun 1973 ketika tengah menjabat sebagai rektor, Slamet Iman Santoso ditunjuk menjadi Pejabat Rektor UI. Ia mengakhiri jabatannya pada tahun 1974, ketika jabatan itu beralih ke Mahar Mardjono.

Penghargaan yang telah didapatkannya, yaitu sebagai penerima bintang Mahaputra Utama III pada tahun 1973 dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1989, dan penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo. Selanjutnya, beliau juga pernah menjabat sebagai direktur Rumah Sakit Jiwa Gloegoer, Medan pada tahun 1937-1938.


Peran Slamet Iman Santoso dalam Dunia Pendidikan

Slamet Iman Santoso dikenal juga sebagai orang pertama yang mengusulkan gagasan di dunia pendidikan tentang pentingnya satu acuan yang sama untuk semua jenjang pendidikan di Indonesia. Gagasan tersebut beliau sampaikan pada 1979 hingga 1981.

Slamet Iman Santoso juga pernah menjadi salah seorang tokoh yang memberikan kritik terhadap minimnya gaji guru yang diberikan negara. Selain gagasan dan kritik di dunia pendidikan, beliau juga berperan di dalamnya sebagai salah seorang perintis program penerimaan mahasiswa baru melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) yang kini dikenal dengan SNMPTN.


Bu Kasur

Bu-Kasur
Bu Kasur lahir di Batavia, Hindia Belanda, 16 Januari 1926 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 22 Oktober 2002 pada umur 76 tahun) adalah pembawa acara Taman Indria di TVRI dan juga pendiri TK Mini di Jakarta. Ia mendapat julukan Ibu Kasur karena suaminya.


Peran Bu Kasur dalam Dunia Pendidikan 

Sebagian besar hidup tokoh pendidikan anak kelahiran Jakarta 16 Januari 1926 ini tercurah pada anak-anak. Selain mencipta lagu dan tampil di berbagai panggung acara televisi dan siaran radio, ia juga mengelola lima Taman Kanak-kanak “Mini” Pak Kasur yang berlokasi di kawasan Cikini (sekaligus rumah tinggal Bu Kasur), Cipinang Indah, Pasarminggu, Kemang Pratama di Jakarta, dan Banjar Tangerang.

Sudah banyak alumninya yang sudah menjadi orang besar. Diantaranya Presiden Megawati, Guruh dan Hayono Isman (mantan Menpora) serta Ateng (pelawak). Juga hampir seluruh cucu bahkan cicit H.M.Soeharto, mantan presiden, sekolah di TK Mini Pak Kasur.

Bu Kasur tidak mengenal kata bosan berkecimpung dalam dunia pendidikan dasar anak-anak. Menurutnya, ada kenikmatan tersendiri ketika mengamati bagaimana anak-anak itu berkembang dari hari ke hari. Kelucuan, kepolosan anak-anak membuatnya lebih ‘hidup’.

Lagu anak-anak adalah teman bermain sekaligus belajar untuk anak-anak. Lirik dan tangga nada yang sederhana, membuat lagu anak-anak mudah diingat dan abadi. Tidak hanya itu, lagu anak juga bercerita tentang kehidupan sehari-hari.

Sehingga, anak-anak pun dapat belajar lewat lagu. Misalnya pada lagu “bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi ku tolong ibu, membersihkan tempat tidurku…” Lewat lagu itu, anak-anak pun bisa belajar untuk menata kebiasaanya setelah bangun tidur.


Kyai Hasyim Asy'ari

KH.Hasyim-As'ari
KH Hasyim Ashari beliau dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang, KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. 

KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.

Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin mengembangkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Kemudian pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama. Kyai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama


Pemikiran KH. Hasyim As'ari dalam Dunia Pendidikan

Menuntut ilmu atau belajar menurut Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan kebodohan.

Pendidikan hendaknya mampu menghantarkan umat manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan nilai dan norma-norma Islam.


Dr. Soetomo

Dr.Soetomo
Dokter Sutomo yang bernama asli Subroto ini lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Ketika belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), ia bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modem pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kelahiran BU sebagai Perhimpunan nasional Indonesia, dipelopori oleh para pemuda pelajar STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) yaitu Sutomo, Gunawan, Suraji dibantu oleh Suwardi Surjaningrat, Saleh, Gumbreg, dan lain-lain. Sutomo sendiri diangkat sebagai ketuanya.

Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.


Peran Dr. Sutomo dalam Dunia Pendidikan 

Pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinannya, PBI berkembang pesat.

Dr. Sutomo  tutup umur dalam usia 50 tahun, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938.


Kyai Ahmad Dahlan

KH.Ahmad-Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.


Peran KH. Ahmad Dahlan dalam Dunia Pendidikan

Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.

Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda.

Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta.


Mohammad Syafei

Mohammad-Syafei
Mohammad Syafei lahir di Kalimantan pada tahun 1899. perjuangan beliau juga dititikberatkan pada bidang pendidikan.


Peran Mohammad Syafei dalam Dunia Pendidikan

Pada tahun 1922 beliau menjadi guru pada Sekolah Katini di Jakarta, dan sejak itu aktifitasnya di bidang pendiikan terus bertambah. Sebagai seorang tokoh pendidikan, Mohammad Syafei berjasa besar dalam mendirikan sekolah yang diberinama “Indonesische Nederlanshe Shool” atau yang lebih dikenal dengan sebutan INS, di Kayuttanam Sumatera Barat

Sementara itu INS yang kemudian merupakan singkatan dari “Indonesian National Scholl”, menitikberatkan pendidikanya kepada dunia kerja. INS menyelenggarakan pendidikan dalam jenjang:

Ruang Bawah, yakni setara dengan sekolah Rendah atau Sekolah Dasar. Lama pendidikanya 7 tahun.
Ruang Atas, yakni setara dengan sekolah menengah, lama pendidikanya 6 tahun.
Adapun tujuan sekolah yang diselengagarakan oleh Mohammad Syafei adalah:


  • Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional.
  • Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh.
  • Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.
  • Menanamkan rasa persatuan

Filsafat pendidikan Moh.Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktik penyelenggara pendidikan INS Kayu Tanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya denan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk pmenguasai alam.

Pandangan pendidikan Moh.Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran Devolepmentalisme, terutama oleh gagasan sekolah kerja yang dikembangkan oleh John Dewey dan George Kerschensteiner, serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan oleh Jan Ligthart.

Fungsi pendidikan menurut Moh.Syafei adalah membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa.

Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh, menjadi anak yang berwatak baik dan mandiri. Dalam pelajaran anak diperlakukan sebagai subjek bukan objek. Guru berperan sebagai manajer  dan fasilitator untuk menciptakan situasi agar siswa aktif berbuat.


Willem Iskander

Willem-Iskander
Ibu dari pahlawan Mandailing bernama Willem Iskandar ialah Anggur boru Lubis. Ayahnya bernama Raja Tinating, Raja Pidoli Lombang. Nama asli dari Willem Iskander adalah Sati Nasution dengan gelar Sutan Iskandar. Dia Belajar di Oefenschool di kota Amsterdam negeri Belanda. Sibulus bulus Sirumbuk rumbuk adalah salah satu karya sastra anak terbaik Mandailing Natal pada zamannya. Setelah tamat dari Amsterdam dia berangkat dengan tujuan Batavia atau Jakarta yang sekarang. 

Willem Iskander atau Sutan Iskandar berangkat dengan menumpang kapal laut bernama Petronella Catrina pada1861. Dia menemui Gubernur Jendral Mr. Ludolf Anne Jan Wilt Baron Sloet van Beele. Kemudian ia menuju kota Padang. William Iskander menghadap pada Van den Bosche disana. Lalu meneruskan perjalanan ke Natal. Tiba di Mandailing kembali pada tahun 1962. Tak lama sesudahnya tepatnya di desa Tano Bato yang berada pada 526 M di atas permukaan laut, di mulai mendirikan sekolah untuk anak bangsa sebanyak 4 kelas. Lokalnya terbuat dari bambu dan rumbia .

Peran Willem Iskander dalam Dunia Pendidikan

Beliau adalah salah seorang yang memberantas kebodohan dan buta aksara di Mandailing. Hingga sekarang namanya tetap harum di Sumatera Utara, khususnya di Mandailing Natal. Banyak sekolah SD, SMP atau SMU yang melukiskan gambar dan juga mencantumkan kutipan kutipan isi karangan Willem Iskander di dinding sekolah. Dan bahkan ada yang menamai sekolahnya dengan nama sekolah Willem Iskander seperti SMEA dan SMK. Luar biasa harumnya.


Demikianlah tentang Tokoh-tokoh Nasional yang Berpengaruh dalam Dunia Pendidikan Indonesia. Artikel ini dirangkum dari berbagai sumber online yang memiliki ranking atas, tentunya dengan harapan data yang dirangkum akurat dan paling mendekati kebenaran.  

Tunggu posting berikutnya tentang Tokoh-tokoh Manca Negara yang Berpengaruh dalam Dunia Pendidikan.

Mohon maaf apabila biografi para tokoh hanya kami tuliskan sepotong-sepotong, lebih lengkap tentang para tokoh di atas segenap pembaca dapat mengaksesnya langsung ke beberapa web pustaka di bawah.

Permohonan maaf juga disampaikan kepada admin masing-masing website rujukan, bila ada tulisan atau pengambilan data yang kurang berkenan silahkan hubungi kami melalui Cantact Us. 


PUSTAKA
http://www.biografiku.com
https://zaeriyahumar.wordpress.com/artikel/tokoh-tokoh-pendidikan-di-indonesia/
http://www.kompasiana.com/davikurnniawan/sejarah-tokoh-tokoh-pendidikan-di-indonesia-dan-luar-negeri_5500478aa33311e5725105c0
http://fitrivt.blogspot.co.id/2012/11/tokoh-pendidikan-dunia.html
https://novialuzni.wordpress.com/2015/10/03/biografi-slamet-iman-santoso/
http://tokohindonesia.tumblr.com/post/84956887940/pak-kasur-dan-bu-kasur-tokoh-kanak-kanak-indonesia
http://blog.kpi-indonesia.org/mohammad-syafei-dan-pendidikan/
https://sorikmarapi.wordpress.com/2010/08/17/sejarah-singkat-willem-iskander/
http://masnoer80.blogspot.co.id/2013/01/pemikiran-pendidikan-kh-hasyim-asyari.html

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com